Sabtu, 27 Februari 2010

Ketika Akhwat Tak Mau Berbagi

AKHWAT PUN TAK MAU BERBAGI . . .

Siang itu diTaman syurga An-nahl, Para An-nahl crew sedang berkafa’ah ria. Pas lagi asyik- asyik ngobrol, tiba-tiba Bidadari Tarbiyah mereka menanyakan sesuatu
Murabbi : “Gimana pandangan kalian tentang poligami?”
Dengan semangat mereka menjawab ”SETUJA … eh … SETUJU”
Murabbi : ”Hmmm... kalo gitu, siap ga’ kalo di poligami???” *jiyaaaahhhh, Si Mbak …. Nikah aje belon udah ngomongin poligami * Daaannnn…. Jawaban mereka sangat kompak, sekompak ngabis-in makanan hasil dari kafa’ah . . . yaitu “TIDAK!!!” Murabbi hanya tersenyum simpul, lalu nanya lagi. “Kenapa dek?” dan jawabannya pun rata-rata sama “ ga’ mau berbagi mbak ”. Murabbi pun memberikan pengertiannya. Setelah beliau menjelaskan panjang lebar, Ada juga beberapa hati yang luluh dan menyatakan rela dipoligami. Asal jadi yang PERTAMA.

Cerita lain lagi . . .
Ketika lagi kumpul – kumpul sama beberapa akhwat ….
Aku : “ Pandangan kalian tentang poligami gimana ?’
Ukhti A : ”Sepakatlah, itu kan aturan Allah Ki”
Aku :” Berarti anti rela donk dipoligami ”
Ukhti B : ”Yah.. ga’ lah ukh. Suami ana hanya milik ana seorang” sambil nyengir kuda >>> Bew . . . posesif amat yaks

Weleh..weleh …..
Rata-rata akhwat yang aku tanya, Sebenarnya mereka (akhwat) setuju dengan hukum poligami. Tapi, mereka kagak mau dipoligami. Hmmm…. “Tanya Kenapa?”
Apa karena belum dewasa??? Hmmm… ga’ juga!!! Ini balik lagi kepehaman masing-masing diri. Pemahaman ilmu tarbiyah yang didapatkannya. Dan keikhlasannya dalam mengambil keputusan. Karena kuantitas akhwat lebih banyak dari ikhwan 1 berbanding sekian gitu . . .
Makanya....Ayo, gali ilmu lebih banyak, belajar lebih banyak tentang apapun, termasuk POLIGAMI *walaupun kita belum menikah, memupuk pemahamannya harus dari sekarang Jeng *

Meminjam puisi dari ”Puisi suami minta izin poligami” (ayomenikah.multiply.com).
Puisi Suami
Istriku.., Jika engkau bumi, akulah matahari. Aku menyinari kamu.
Kamu mengharapkan aku.
Ingatlah bahtera yg kita kayuh, begitu penuh riak gelombang
Aku tetap menyinari bumi, hingga kadang bumi pun silau
Lantas aku ingat satu hal
Bahwa Tuhan mencipta bukan hanya bumi, ada planet lain yg juga mengharap aku sinari
Jadi..
Relakanlah aku menyinari planet lain, menebar sinarku
Menyampaikan faedah adanya aku, karna sudah kodrati
dan Tuhan pun tak marah…
Balasan Puisi sang istri …

Suamiku…,
Bila kau memang mentari, sang surya penebar cahaya…..
Aku rela kau berikan sinarmu kepada segala planet yg
pernah TUHAN ciptakan
karna mereka juga seperti aku butuh
penyinaran dan akupun juga
Tak akan merasa kurang dengan pencahayaanmu
AKAN TETAPIIIIIIII. .
Bila kau hanya sejengkal lilin yg berkekuatan 5 watt,
jangan bermimpi menyinari planet lain!!!
Karena kamar kita yg kecil pun belum sanggup kau terangi
Bercerminlah pd kaca di sudut kamar kita, ditengah remang-remang
Pencahayaanmu yg telah aku mengerti utk tetap menguak mata
Coba liat siapa dirimu… MENTARI atau lilin ? PLEASE DEH…!!!

Suami juga harus ukur-ukur diri kalo mau poligami. Jangan ambil keputusan sepihak doank mengatasnamakan “PENYELAMATAN”. Istri pun sangat berperan dalam merelakan suami untuk poligami. Kalo dikira-kira suami hanya sebuah lilin mah ga’ usah diizinin, itu bakal menzholimi banyak pihak, Termasuk dia (suami) sendiri. Karena salah satu syarat poligami adalah harus ADIL. JIka kita melihat dia (suami) sebuah mentari. Maka bantulah ia mendapatkan yang terbaik dimata Allah, dimatamu *cat : dengan keikhlasan* dan suamimu. Wallahu’alam bishowab. Sudahkah kerelaan itu ada pada diri anti ???
*saya juga lagi belajar*

Tidak ada komentar: