Jumat, 17 Desember 2010

MALAIKAT YANG CEREWET

Malaikat ini mempunyai Wajah yang bercahaya, jiwa yang lembut bak awan pagi. Senyumnya meneduhkan, belaiannya menentramkan, nasehatnya menenangkan. Sebagai seorang yang berada disampingnya, tentu perasaan-perasaan seperti itu sudah sepantasnya dirasakan.Ia bagai malaikat yang menjaga dan melindungi kita dari perbuatan –perbuatan yang Alloh tak sukai.

Siang itu menjelang zuhur, aku sendirian di kantor karena partner kerjaku lagi libur. Bermaksud mau pulang cepet karena mau kuliah, jadi aku udah beres-beres ruangan dulu sebelom aku balik. Eh..tiba-tiba beberapa anak murid perempuan datang keruanganku dengan wajah kusut dan manyun. Aku menanyakan apa gerangan yang terjadi pada diri mereka. Keinginan untuk bersegera pulang sepertinya harus ditunda dulu.
Muncullah pertanyaan dariku untuk memecahkan kebingungan ini.
“Ada apa dek? Ada yang bisa ibu bantu??? “Tanya ku
Dan ternyata mereka saling senggol dan saling tunjuk “kamu dulu deh,kamu dulu ajah. Ah..tadi khan kamu yang ngajak aku keruang BK”
Aiihh…aku jadi bingung dibuat mereka. Setelah peristiwa saling tujuk sana sini. Akhirnya ada yang berani membuka wacana.
“ Bu, aku kesel sama Mamah ku “
“Loh, kenapa ?”
Setelah konseling panjang lebar. Barulah diketahui anak-anak yang pada datang keruanganku, mengeluh tentang perlakuan ibu mereka yang ga pernah puas dengan kerja mereka.
“Mamah tuh yah Bu, suka nyuruh-nyuruh terus. Ga Tau apa aku tuh capek.” *nangis
Eh..yang lain juga mengiyakan. Hadoh….
“terus yah bu, setiap pekerjaan kita ga pernah dianggap bener.Ada ajah yang salahnya. Huh…sebal deh Bu “ *nangis juga
Dan ini pun di-iyakan oleh yang lainnya.
Intinya, mereka sebal dengan perilaku Ibu yang banyak nuntut mereka harus benar dalam segala hal. Mendengar opini mereka, membuatku tersenyum simpul. Karena apa yang mereka katakan, pernah aku katakan juga saat aku seusia mereka.
Padahal, seorang ibu sebawel apapun, secerewet apapun beliau tetap menjadi “malaikat penjaga” kita. Lalu kenapa Kebaikan-kebaikan yang telah banyak beliau lakukan jadi tetutupi karena kecerewetan mereka terhadap kita ???
Dibalik kecerewetan itu ada perhatian yang tersembunyi terhadap kita,
Dibalik kecerewetan itu ada pengharapan besar kepada kita
Dibalik kecerewetan itu ada pembelajaran tidak langsung yang diberikannya kepada kita
Walaupun ia cerewet tetap saja Allah memilih dia sebagai “malaikat” yang terus menerus menjaga dan melindungi kita *jadi inget video renungan tructco “Ibu Tercinta*
Untukku :
“Karena, jika engkau menikah umur 25 tahun, maka kau mempunyai waktu 3 tahun untuk satu rumah bersamanya dan selalu mendengar kecerewetannya. Jadi, nikmati sajalah”
Untuk mamah yang kurindu kecerewetannya ^_^

Minggu, 05 Desember 2010

Jomblo 22 tahun

Pada pagi menjelang siang, saat jam istirahat sekolah. Ada siswa ku yang mendatangi ruangan seraya bermuka masam. Ia tampak murung dan sepertinya butuh pundak untuk menjadi sandaran hatinya yang sudah lelah makan hati. Baru mulai berbincang dengannya tiba-tiba ia menangis. Ternyata ia baru putus dari sang kekasih *heuh, lebay ah Dek, pakek nangis-nangis segala* .
Saat itu juga aku bersedia meminjamkan telingaku dan berusaha menjadi pendengar terbaiknya. Kukuras otakku agar dapat bersama memecahkan masalahnya ini. Minimal menghilangkan rasa cemas pada dirinya.
Bel masuk pun berbunyi. Aku lihat dirinya sudah agak stabil dan bisa tersenyum. Aku bahagia bisa melihat senyumnya. Teringat saat awal memasuki ruanganku dia sangat murung sekali. Sebelom konseling berakhir dia pun berkomentar
“Bu, berarti aku jomblo dunk yah “
“ Yah..gpp dunk, malah lebih enak. Bisa merasakan kebebasan tanpa ikatan aneh itu “
“ga enak lah Bu, masa temen-temenku pacaran aku ga. Lagi pula yah Bu aku mah jomblo biasanya paling lama 2 hari, lah ini udah 1 minggu “ *dia tampak bersedih kembali
“jiyaahh, mending dunk Cuma 1 minggu. Ibu donk, 22 tahun ngejomblo. Biasa ajah tuh “
“hah, masa Bu ….. “
Huff…begitulah remaja. Hidup mereka penuh kelabilan. Andai tak punya iman yang kokoh, terjerumus pada hal-hal yang negative pun kemungkinan besar akan terjadi.
Dan yang perlu diluruskan dari pikiran mereka adalah bagaimana cara bergaul yang sehat dengan semua teman, termasuk teman lawan jenis. Dan ini yang paling sulit, karena sepertinya sudah mengkarakter pada kehidupan remaja saat ini. Rasanya semua jurus dan trik menurut para ahli dan menurut agama udah aku paparkan. Tapi masih ajah banyak anak yang belom mau terima. Aku masih harus banyak belajar untuk ini. Menyentuh hatinya dan mendoakannya pun sebagai jalan aku untuk masuk ke logika mereka. Tetap memasuki dunia mereka dengan cara yang ahsan, karena “Barang siapa memerintah kebaika, maka hendaklah ia memerintah dengan baik pula” [Atsar Sahabat ra, dikutip dari jum’ah amin abdul aziz, 1997:188]

PUJAAN HATI AYAH

Lelaki itu ayahku. Ayah punya pujaan hati.Tapi tak membuat Ibu cemburu. Hanya ibu kesal, kenapa ayah lebih mementingkan pujaan hatinya dibanding ibu. Pujaan hatinya itu menguras kantong ayah. Ayah kira ia tak bisa hidup tanpa pujaan hatinya. Huff…sebagai anak tentu aku sangat marah. Berulang kali aku emosi dan marah. Tapi selalu dianggap ayah santai.”Huh…sebal”batinku. akhir-akhir ini Aku merasa ayah makin berlebihan memuja pujaan hatinya itu. Aku sedih, aku tak ingin ayah ketergantungan dengan pujaan hatinya. Kasihan ibu, aku dan adik-adikku. Kami merasa terzholmi dengan perilaku ayah. Tapi aku tak pantang menyerah. Aku selalu mengingatkan ayah. Dan selalu ditanggapi dingin oleh beliau. Padahal mungkin omelanku sudah memekakkan telinganya.
Dan tibalah pada suatu hari, ayah bekata mau menjauh dari pujaan hatinya. Kami sekeluarga sangat senang. Terutama aku, karena aku merasa usaha dan doaku tak sia-sia. Alhamdulillah. Tapi itu tidak berlangsung lama. Setelah beberapa hari, kudapati ayah berdekatan lagi dengan sang pujaan hatinya. Aiihh…kecewa sekali saya. Mau marah rasanya tak kuat lagi, dan akhirnya menangis.
Hingga pada suatu hari aku dikejutkan dengan sakit ayah yang parah. Aku heran. Kenapa ? kenapa ayah bisa sakit separah ini.. Aku hanya bisa menangis melihat ayah tertidur kesakitan diatas ranjang rumah sakit. Dan dokter pun memberikan penjelasannya.Ternyata Pujaan hatinya lah yang membuat ayah sesakit ini. Selidik punya selidik, ayah sudah berdekatan dengan sang pujaan hatinya sebelom menikah dengan ibu. Tepatnya saat SMA. Wajarlah Pujaan hatinya menguasai diri Ayah. Aku tambah menangis sesegukan saat dokter melihatkan hasil ronsen paru-paru ayah. Aduh, Ayah…. Lihatlah paru-parumu telah digerogoti penyakit. Ini akibat pujaan hatimu yang kau bilang tak bisa hidup tanpanya. Ternyata batuk yang keseringan itu akibat ini. Asapnya telah bergelumur di paru-parumu Ayah. Pujaan hatimu Telah membolongi paru-parumu, tempat nafasmu bersemayam. Ayah, tak taukah engkau akibatnya. Ah….tak mungkin kau tak tau. Toh, dikotak rokok pun sudah tertulis akibat-akibatnya. Ayah…kata dokter tadi engkau tak bisa terselamatkan. Karena paru-parumu sudah parah sekali. Walaupun bisa, engaku akan hidup dengan paru-paru yang tak lagi normal. Saat mendengar dokter berkata seperti itu, Hatiku hancur ayah, rasanya ingin menjerit sejadi-jadinya bahkan ingin menampar dokter itu. Aku tetap berdoa dan optimis. Dan meminta pada Sang Penggengam Nyawa, untuk menyelamatkanmu, untuk menyembuhkanmu, tak henti-henti aku menangis dalam doa. Aku ingin masih bersama Ayah. Sungguh Ayah, masih ingin sekali.
Ahad pagi, perkiraan dokter benar terbukti. Kau benar-benar pergi untuk selamanya. “Ayaaaaaaahhhhhh” teriakku……

Ayah, andai waktu bisa diulang
Mungkin aku adalah orang terketat yang akan menjagamu
Menjagamu dari rayuan sang “pujaan hati”mu
Yang membuat ayah ketergantungan ,Si Rokok menyebalkan

Andai waktu bisa diulang kembali
Aku akan menjaga ayah semampuku
tak kuizinkann sebatang rokok pun kau hisab
benar-benar tak kuizinkan
dan akan kuganti dengan permen kacang favoritmu

Andai waktu bisa diulang kembali
Ku buatkan ayah teh hangat sebagai penganti kopi favoritmu
Dan kucoba memberitahumu dengan perlahan
Bahwa kopi tak baik untukmu ayah
Dan aku beserta adik-adiku kini
Membenci ROKOK

PUJAAN HATI AYAH

Lelaki itu ayahku. Ayah punya pujaan hati.Tapi tak membuat Ibu cemburu. Hanya ibu kesal, kenapa ayah lebih mementingkan pujaan hatinya dibanding ibu. Pujaan hatinya itu menguras kantong ayah. Ayah kira ia tak bisa hidup tanpa pujaan hatinya. Huff…sebagai anak tentu aku sangat marah. Berulang kali aku emosi dan marah. Tapi selalu dianggap ayah santai.”Huh…sebal”batinku. akhir-akhir ini Aku merasa ayah makin berlebihan memuja pujaan hatinya itu. Aku sedih, aku tak ingin ayah ketergantungan dengan pujaan hatinya. Kasihan ibu, aku dan adik-adikku. Kami merasa terzholmi dengan perilaku ayah. Tapi aku tak pantang menyerah. Aku selalu mengingatkan ayah. Dan selalu ditanggapi dingin oleh beliau. Padahal mungkin omelanku sudah memekakkan telinganya.
Dan tibalah pada suatu hari, ayah bekata mau menjauh dari pujaan hatinya. Kami sekeluarga sangat senang. Terutama aku, karena aku merasa usaha dan doaku tak sia-sia. Alhamdulillah. Tapi itu tidak berlangsung lama. Setelah beberapa hari, kudapati ayah berdekatan lagi dengan sang pujaan hatinya. Aiihh…kecewa sekali saya. Mau marah rsanya tak kuat lagi, dan akhirnya menangis.
Hingga pada suatu hari aku dikejutkan dengan sakit ayah yang parah. Aku heran. Kenapa ? kenapa ayah biss sakit separah ini.. Aku hanya bisa menangis melihat ayah tertidur kesakitan diatas ranjang rumah sakit. Dan dokter pun memberikan penjelasannya.Ternyata Pujaan hatinya lah yang membuat ayah sesakit ini. Selidik punya selidik,ayah sudah berdekatan dengan sang pujaan hatinya sebelom menikah dengan ibu. Tepatnya saat SMA. Wajarlah Pujaan hatinya menguasai diri Ayah. Aku tambah menangis sesegukan saat dokter melihatkan hasil ronsen paru-paru ayah. Aduh, Ayah…. Lihatlah paru-parumu telah digerogoti penyakit. Ini akibat pujaan hatimu yang kau bilang tak bisa hidup tanpanya. Ternyata batuk yang keseringan itu akibat ini. Asapnya telah bergelumur di paru-parumu Ayah. Telah membolongi paru-parumu, tempat nafasmu bersemayam. Ayah, tak taukah engkau akibatnya. Ah..kurasa kau tau. Toh, dikotak rokok pun sudah tertulis akibat-akibatnya. Ayah…kata dokter tadi engaku tak bisa terselamatkan. Karena paru-parumu sudah parah sekali. Hatiku hancur ayah, rasanya ingin menjerit sejadi-jadinya bahkan ingin menampar dokter itu. Aku tetap berdoa dan optimis. Dan meminta pada Sang Penggengam Nyawa, untuk menyelamatkanmu, untuk menyembuhkanmu, tak henti-henti aku menangis dalam doa. Aku ingin masih bersama Ayah. Sungguh Ayah, masih ingin sekali.
Ahad pagi, perkiraan dokter benar terbukti. Kau benar-benar pergi untuk selamanya. “Ayaaaaaaahhhhhh” teriakku……

Ayah, andai waktu bisa diulang
Mungkin aku adalah orang terketat yang akan menjagamu
Menjagamu dari rayuan sang “pujaan hati”nya
Yang membuat ayah ketergantungan ,Si Rokok menyebalkan

Andai waktu bisa diulang kembali
Aku akan menjaga ayah semampuku
tak kuizinkann sebatang rokok pun kau hisab
benar-benar tak kuizinkan
dan akan kuganti dengan permen kacang favoritmu

Andai waktu bisa diulang kembali
Ku buatkan ayah teh hangat sebagai penganti kopi favoritmu
Dan kucoba memberitahumu dengan perlahan
Bahwa kopi tak baik untukmu ayah

AKU BENCI ROKOK