Minggu, 05 Desember 2010

PUJAAN HATI AYAH

Lelaki itu ayahku. Ayah punya pujaan hati.Tapi tak membuat Ibu cemburu. Hanya ibu kesal, kenapa ayah lebih mementingkan pujaan hatinya dibanding ibu. Pujaan hatinya itu menguras kantong ayah. Ayah kira ia tak bisa hidup tanpa pujaan hatinya. Huff…sebagai anak tentu aku sangat marah. Berulang kali aku emosi dan marah. Tapi selalu dianggap ayah santai.”Huh…sebal”batinku. akhir-akhir ini Aku merasa ayah makin berlebihan memuja pujaan hatinya itu. Aku sedih, aku tak ingin ayah ketergantungan dengan pujaan hatinya. Kasihan ibu, aku dan adik-adikku. Kami merasa terzholmi dengan perilaku ayah. Tapi aku tak pantang menyerah. Aku selalu mengingatkan ayah. Dan selalu ditanggapi dingin oleh beliau. Padahal mungkin omelanku sudah memekakkan telinganya.
Dan tibalah pada suatu hari, ayah bekata mau menjauh dari pujaan hatinya. Kami sekeluarga sangat senang. Terutama aku, karena aku merasa usaha dan doaku tak sia-sia. Alhamdulillah. Tapi itu tidak berlangsung lama. Setelah beberapa hari, kudapati ayah berdekatan lagi dengan sang pujaan hatinya. Aiihh…kecewa sekali saya. Mau marah rsanya tak kuat lagi, dan akhirnya menangis.
Hingga pada suatu hari aku dikejutkan dengan sakit ayah yang parah. Aku heran. Kenapa ? kenapa ayah biss sakit separah ini.. Aku hanya bisa menangis melihat ayah tertidur kesakitan diatas ranjang rumah sakit. Dan dokter pun memberikan penjelasannya.Ternyata Pujaan hatinya lah yang membuat ayah sesakit ini. Selidik punya selidik,ayah sudah berdekatan dengan sang pujaan hatinya sebelom menikah dengan ibu. Tepatnya saat SMA. Wajarlah Pujaan hatinya menguasai diri Ayah. Aku tambah menangis sesegukan saat dokter melihatkan hasil ronsen paru-paru ayah. Aduh, Ayah…. Lihatlah paru-parumu telah digerogoti penyakit. Ini akibat pujaan hatimu yang kau bilang tak bisa hidup tanpanya. Ternyata batuk yang keseringan itu akibat ini. Asapnya telah bergelumur di paru-parumu Ayah. Telah membolongi paru-parumu, tempat nafasmu bersemayam. Ayah, tak taukah engkau akibatnya. Ah..kurasa kau tau. Toh, dikotak rokok pun sudah tertulis akibat-akibatnya. Ayah…kata dokter tadi engaku tak bisa terselamatkan. Karena paru-parumu sudah parah sekali. Hatiku hancur ayah, rasanya ingin menjerit sejadi-jadinya bahkan ingin menampar dokter itu. Aku tetap berdoa dan optimis. Dan meminta pada Sang Penggengam Nyawa, untuk menyelamatkanmu, untuk menyembuhkanmu, tak henti-henti aku menangis dalam doa. Aku ingin masih bersama Ayah. Sungguh Ayah, masih ingin sekali.
Ahad pagi, perkiraan dokter benar terbukti. Kau benar-benar pergi untuk selamanya. “Ayaaaaaaahhhhhh” teriakku……

Ayah, andai waktu bisa diulang
Mungkin aku adalah orang terketat yang akan menjagamu
Menjagamu dari rayuan sang “pujaan hati”nya
Yang membuat ayah ketergantungan ,Si Rokok menyebalkan

Andai waktu bisa diulang kembali
Aku akan menjaga ayah semampuku
tak kuizinkann sebatang rokok pun kau hisab
benar-benar tak kuizinkan
dan akan kuganti dengan permen kacang favoritmu

Andai waktu bisa diulang kembali
Ku buatkan ayah teh hangat sebagai penganti kopi favoritmu
Dan kucoba memberitahumu dengan perlahan
Bahwa kopi tak baik untukmu ayah

AKU BENCI ROKOK

Tidak ada komentar: